Surabaya dan ke 6 Tempat Ibadah Berjejer
Surabaya sering diartikan secara filosofi sebagai lambang perjuangan atara darat dan air. Selain itu juga mitosnya, nama Surabaya muncul dari pertempuran ikan sura (ikan hiu) dan baya (buaya).
Surabaya yang merupakan kota kedua terbesar di Indonesia ini memiliki sejarah yang luar biasa.
Wilayah Surabaya merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota kerajaan Majapahit dari arah lautan, yaitu muara Kali Mas.
Lalu pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai Ibu kota Karesidenan Surabaya yang wilayahnya mencakup Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang. Pada tahun 1926 Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur, dan sejak itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar di Hindia Belanda setelah Batavia.
Mungkin sekarang Surabaya hanya dikenal sebagai kota metropolis yang berarti banyak tempat shopping dan makan-makan. Tapi buat yang ingin berwisata santai juga bisa kok!
Salah satunya tempat ibadah sekaligus tempat pariwisata yang menarik perhatian. Bertempat di perumahan Royal Residence Wiyung, Surabaya memiliki enam tempat ibadah yaitu Masjid, Wihara, Pura, Kelenteng, Gereja bagi umat Kristen dan Kapel bagi umat Katolik. Uniknya semua tempat ibadah dibangun berjajar dengan jarak hanya tiga meter dan waktu pembangunan rumah ibadah pun berbeda-beda mulai dari tahun 2016, 2017, dan 2018 tetapi diharapkan semua pembangunan selesai pada tahun 2019 ini.
Dengan alasan yang sepele, bahwa selama ini warga setempat selalu beribadah di luar dan agar warga tidak terlalu jauh beribadah maka developer memberikan tanah 400m untuk dibangun tempat ibadah. Warga setempat pun mengumpulkan dana sendiri dan sumbangan untuk pembangunan masing-masing tempat ibadah.
Warga setempat juga mendirikan Forum Komunikasi Antar Umat Ibadah (FKRI) sebagai sarana silaturahmi antar warga. Dengan dibentuknya ke enam tempat ibadah ini sebagai upaya agar warga dapat hidup rukun berdampingan seperti arti dari Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-beda tetapi tetap Satu.
Selain itu menghimbau agar warga juga dapat saling toleransi seperti saat acara Maulid disampaikan agar masyarakat atau umat agama lain tidak saling terganggu. Demikian juga saat umat Kristen dan Katolik mengadakan acara Natal, sesama pemeluk agama lain harus menyesuaikan dan menyepakati agar tidak melakukan kegiatan di hari yang sama.
Berikut ini gedung-gedung tempat ibadah masing-masing agama.
GEREJA GKI WIYUNG ROYAL RESIDENCE
Gereja Protestan ini memiliki bangunan yang menggambarkan sebuah bahtera atau kapal kayu yang besar. Gereja GKI Wiyung sudah beroperasi dan memiliki jadwal ibadah sendiri.
PURA SAKTI RADEN WIJAYA
Bersebelahan dengan Gereja GKI Wiyung, Pura ini dibangun dengan menggunakan arsitektur khas Jawa tetapi saat ini masih belum beroperasi.
KELENTENG BA DE MIAO
Kelenteng yang diapit oleh Pura dan Kapel ini masih dalam pembangunan dan belum dapat dioperasikan. Bangunan dan interior yang belum jadi diharapkan agar dapat diselesaikan tahun 2019 ini.
KAPEL SANTO YUSTINUS
Kapel ini berdampingan dengan Klenteng dan Vihara. Pada Juni lalu Kapel Santo Yustinus sudah selesai dan mulai dioperasikan.
VIHARA BUDHAYANA ROYAL RESIDENCE
Vihara yang bersebelahan dengan Kapel dan Masjid ini masih dalam masa pembangunan juga.
MASJID MUHAJIRIN
Masjid yang dibangun di paling barat ini mulai didirikan tahun 2017 dan sudah hampir beroperasi sepenuhnya.
Jika ingin berkunjung bisa langsung masuk ke perumahan Royal Residence, Jl.Raya Menganti, Wiyung, Surabaya.
Jadi sudah siapkah kalian berkunjung ke Surabaya dan ke enam tempat ibadah?
Source: Surabaya Wikipedia, Kumparan, IDN Times
0 comments